al-Hafizh Ibnu Rajab al-Hanbali rahimahullah mengatakan;
قَالَ أَبُو ذَرِّ قُلْتُ يَا رَسُوْلَ اللهِ كَلِّمْنِي بِعَمَلٍ يُقَرِّبُنِي مِنَ الْجَنَّةِ وَيُبَاعِدُنِي مِنَ النَّارِ قَالَ إِذَا عَمِلْتَ سَيِّئَةً فَاعْمَلْ حَسَنَةً فَاِنَّهَا عَشْرُ أَمْثَالِهَا قُلْتُ يَا رَسُوْلَ اللهِ لاَ إِلهَ إِلاَّ اللهُ مِنَ الْحَسَنَاتِ قَالَ هِيَ أَحْسَنُ الْحَسَنَاتِ
Abu Dzar -radhiyallahu’anhu- mengatakan; Aku berkata, “Wahai Rasulullah, katakanlah kepadaku suatu amal yang akan mendekatkanku ke surga dan menjauhkanku dari neraka.” Maka beliau menjawab, “Apabila kamu melakukan satu keburukan maka lakukanlah kebaikan, sesungguhnya kebaikan itu akan dilipatgandakan menjadi sepuluh kalinya.” Aku -Abu Dzar- berkata, “Wahai Rasulullah, apakah la ilaha illallah termasuk amal kebaikan?”. Beliau menjawab, “Ia merupakan kebaikan yang paling baik.” (hadits ini dihasankan oleh Syaikh al-Albani di dalam tahqiq ‘Kalimatul ikhlas’ karya Ibnu Rajab, diriwayatkan oleh al-Baihaqi di dalam al-Asma’ wa as-Shifat [200], at-Thabrani dalam ad-Du’a [1395], Abu Nu’aim dalam Akhbar Ashbahan [270], dan Ibnu Abi Hatim di dalam Tafsirnya [8192,15563,16105] as-Syamilah dengan redaksi yang agak berbeda)
Hadits yang mulia ini memberikan banyak pelajaran, di antaranya adalah :
- Besarnya semangat para salaf dalam menggapai kebaikan
- Wajibnya mengimani surga dan neraka
- Wajibnya mengimani perkara gaib
- Surga merupakan negeri kebahagiaan dan neraka merupakan negeri kesengsaraan
- Di dalamnya juga terkandung khauf (takut) dan roja’ (harap); takut terjerumus ke neraka dan berharap untuk masuk ke surga
- Hadits ini menjadi bantahan bagi sebagian kaum sufi ekstrim yang mengatakan bahwa kita beramal bukan untuk masuk surga dan supaya selamat dari neraka akan tetapi semata-mata karena cinta kepada Allah saja.
- Hadits ini menunjukkan bahwa amal merupakan sebab masuk ke surga atau ke neraka
- Amal kebaikan mendekatkan ke surga dan amal keburukan mendekatkan ke neraka
- Perintah untuk melakukan amal kebaikan
- Pahala kebaikan dilipatgandakan menjadi sepuluh kali
- Kebaikan akan dapat menghapuskan keburukan
- Hadits ini menunjukkan betapa pemurahnya Allah ta’ala kepada hamba-Nya
- Hadits ini menunjukkan sopan santun para sahabat kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam
- Hadits ini menunjukkan hendaknya mengembalikan suatu urusan kepada ahlinya
- Hadits ini juga menunjukkan syari’at untuk bertanya kepada ulama jika tidak mengetahui tentang suatu masalah agama
- La ilaha illallah merupakan kebaikan yang paling baik
- Hadits ini menunjukkan bahwa amal kebaikan itu bermacam-macam
- Hadits ini menunjukkan keutamaan tauhid dan orang yang mewujudkannya
- Hadits ini menunjukkan bahwa tauhid itu terdiri dari penolakan segala sesembahan selain Allah dan keharusan beribadah hanya kepada Allah
- Di dalam hadits ini juga terkandung kecintaan kepada tauhid dan pelakunya dan kebencian kepada syirik dan pelakunya
- Tauhid yang dituntut oleh kalimat la ilaha illallah adalah tauhid uluhiyah
- Hadits ini menunjukkan batilnya peribadatan kepada segala sesembahan selain Allah, entah itu malaikat, nabi, orang-orang salih atau para wali, apalagi hanya sekedar batu, pohon, dan benda-benda mati seperti jimat, akik, dsb.
- Iman tidak hanya diyakini di dalam hati dan diucapkan dengan lisan, namun iman juga mencakup amal perbuatan
- Dan faidah lain yang belum saya ketahui, wallahu a’lam. Wa shallallahu ‘ala Nabiyyina Muhammadin wa ‘ala alihi wa shahbihi wa sallam. Walhamdulillahi Rabbil ‘alamin.